Menemukan Ritme yang Pas dalam Membuat Konten

Daftar Isi

Credit to Pixabay

Waktu sudah menunjukkan pukul 18.35 ketika saya selesai menunaikan ibadah maghrib. Seperti biasa, ini adalah momen yang saya suka untuk sejenak berhenti dan merenung, memikirkan langkah-langkah berikutnya dalam perjalanan hidup saya. Sambil menunggu istri selesai bersiap, saya putuskan untuk membuka laptop dan melanjutkan modul FB Pro yang sudah lama tertunda. Rasanya lama sekali untuk menyelesaikan semua modul ini. Wajar saja, karena saya bukan hanya membaca, tapi juga sambil praktek.

Dari modul yang saya pelajari, ada satu poin yang sangat menonjol dan membuat saya merenung. Isinya tentang bagaimana setiap orang memiliki ciri khas masing-masing dalam membuat konten. Saya sempat berpikir, kenapa konten saya kadang tidak seramai kreator lain? Lalu saya disadarkan oleh kalimat sederhana ini: "Tidak ada jaminan konten yang ramai di tempat orang lain akan seramai itu jika kita yang memposting."

Pentingnya untuk menemukan model konten yang benar-benar pas dengan diri sendiri kembali mengingatkan saya akan tujuan awal. Mungkin itulah kenapa saya sering merasa tidak konsisten. Padahal, konsistensi adalah kunci. Materi ini menekankan bahwa untuk bisa konsisten, kita harus menemukan konten yang pas dari berbagai sisi, mulai dari niche, aktivitas keseharian, kreativitas, hingga emosi yang kita tuangkan dalam konten tersebut.

Langkah Pertama: Tentukan Niche

Salah satu hal pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan niche. Apa itu niche? Niche adalah topik khusus yang akan kita tekuni, fokus yang membuat kita dikenal. Jika belum yakin dengan niche kita, tidak ada salahnya menelusuri kembali materi di awal modul. Menentukan niche itu seperti mencari jati diri di dunia konten; ia membantu kita menjadi unik di tengah lautan kreator lain.

Langkah Kedua: Bikin Konten Sesuai Niche

Begitu niche sudah dipilih, langkah berikutnya adalah membuat konten yang sesuai dengan niche tersebut. Pentingnya konsistensi dalam hal ini tidak bisa diabaikan. Jika orang-orang sudah terbiasa dengan ritme dan jadwal kita memposting, secara tidak langsung itu memperkuat branding kita. Misalnya, kalau saya sering membahas tentang gadget setiap sore hari, maka audiens akan mengingat saya sebagai “si pengulas gadget sore hari.” Branding ini pelan-pelan terbentuk seiring kebiasaan yang konsisten.

Langkah Ketiga: Konsistensi

Dan ya, sekali lagi, kuncinya adalah konsistensi. Seperti yang ditekankan dalam modul, “Bukan seberapa bagus editingnya, tapi seberapa besar kita menjaga kekonsistensiannya.” Tantangan terbesar biasanya bukan pada teknis editing, melainkan pada bagaimana kita bisa terus konsisten, terutama saat ide-ide terasa buntu. 

Saya belajar bahwa ide bisa datang dari mana saja. Bisa dari Youtube, Instagram, TikTok, atau bahkan dari kompetitor lain. Ada metode ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) yang bisa kita manfaatkan untuk menghasilkan ide segar. Kita bisa melihat apa yang dilakukan kreator lain, lalu mengolahnya dengan gaya kita sendiri.

Model-Model Konten yang Bisa Dicoba

Ada beberapa model konten yang bisa kita eksplorasi, seperti konten model shoot langsung, konten podcast, konten overlay, hingga konten dengan efek green screen. Semua ini menawarkan cara berbeda untuk menyampaikan pesan, dan pilihan kita haruslah yang paling ‘sreg’ di hati.

Saya sering merasa bingung memilih, tapi modul ini memberi panduan sederhana: pilih model konten yang Anda nyaman saat membuatnya, yang tidak akan mengganggu aktivitas lain dalam keseharian. Pilih topik yang Anda suka agar tidak terasa seperti beban. Mungkin inilah yang selama ini menjadi kunci agar saya bisa lebih konsisten—menemukan ritme yang pas antara konten yang saya buat dan keseharian saya sebagai seorang karyawan dan ayah.

Dari sini, saya mulai memahami bahwa membuat konten bukan sekadar soal mengikuti tren atau meniru apa yang sedang ramai. Lebih dari itu, ini tentang menemukan jati diri di tengah konten-konten yang kita buat. Setelah modul ini, saya merasa lebih yakin untuk mulai mengeksekusi ide-ide yang sudah ada di kepala, tentunya dengan ritme yang lebih teratur dan konsisten.

Sekarang tinggal pilih, model konten mana yang ingin saya tekuni?  Saya siap coba satu per satu ide yang ada.

Posting Komentar