Merenungi Value dan Penghasilan
Credit to Pexels |
Hari ini, 1 September 2024, pukul 22.00 WIB. Mata saya belum juga terasa mengantuk meskipun hari sudah cukup larut. Sambil menikmati lantunan murattal yang diputar oleh istri melalui HP-nya, saya memutuskan untuk membuka laptop. Di depan layar, saya teringat dengan rangkuman yang pernah saya buat dari channel YouTube Mudacumasekali. Judulnya yang menarik, "Kenapa Penghasilan Kalian Sedikit dan Selalu Kurang," kembali menarik perhatian saya. Saya putuskan untuk membaca ulang rangkuman yang sudah saya siapkan, dengan harapan dapat memperdalam pemahaman sekaligus mengukuhkan insight yang sudah saya peroleh dari channel tersebut.
Kebiasaan merangkum konten dari YouTube atau artikel-artikel lain menjadi salah satu metode pembelajaran yang sangat efektif bagi saya. Dengan menuliskannya kembali, saya bisa lebih memahami dan mengingat insight yang mungkin berguna di kemudian hari. Bagi saya, konten dari Mudacumasekali kali ini terasa sangat relevan, terutama dalam upaya saya untuk meningkatkan penghasilan dan meraih kebebasan finansial yang lebih baik.
Apa Itu Value?
Salah satu topik utama yang dibahas di video tersebut adalah konsep "value". Saya merenung, ternyata value adalah hal mendasar yang sering kali terabaikan ketika kita berbicara soal penghasilan. Value adalah manfaat atau nilai yang kita berikan kepada orang lain, dan nilai ini bisa berupa jasa, produk, atau hal-hal lain yang dinilai berharga oleh orang lain. Value ini ada dua jenis: real value dan perceive value.
Real value adalah manfaat yang langsung dirasakan secara fisik. Misalnya, tukang AC yang memperbaiki AC bocor di rumah kita jelas memberikan real value. Sebaliknya, perceive value adalah manfaat yang lebih bersifat psikologis, misalnya jam tangan mewah yang memberikan status sosial. Meski jam tersebut mungkin tidak jauh berbeda dengan jam biasa dalam hal fungsi dasar, namun persepsi orang terhadap nilai sosialnya menjadikannya lebih berharga.
Saya sempat terdiam sejenak, merenungkan perjalanan hidup saya sendiri. Sebagai karyawan dan juga seorang trader saham, saya mulai memahami mengapa terkadang penghasilan terasa kurang memadai. Mungkin, selama ini saya hanya berfokus pada real value bekerja di kantor dari jam 9 hingga 5, atau melakukan trading saham dengan cara konvensional tanpa memperhatikan perceive value yang mungkin bisa saya kembangkan lebih jauh.
Jenis-Jenis Value yang Bisa Anda Jual
Setelah memahami konsep dasar value, langkah berikutnya adalah mengenali jenis-jenis value yang bisa kita tawarkan dan mana yang memiliki potensi penghasilan lebih tinggi. Dalam rangkuman saya, ada beberapa level value yang bisa ditransaksikan yang disampaikan Ogut, mulai dari level terendah hingga tertinggi:
1. Time and Energy: Ini adalah level dasar di mana kita menukar waktu dan tenaga dengan uang, seperti pekerjaan sehari-hari di kantor. Saya pribadi merasa level ini seringkali menjadi perangkap karena waktu dan energi adalah sumber daya yang terbatas. Berapa lama pun kita bekerja, tidak mungkin kita bisa menghabiskan lebih dari 24 jam dalam sehari. Untuk meningkatkan penghasilan dengan cara ini, kita harus memiliki skill yang tinggi dan relevan, seperti naik jabatan menjadi manajer atau direktur.
2. Service and Product: Level berikutnya adalah menjual jasa atau produk. Saya mulai merenung, mungkin inilah yang perlu saya kembangkan lebih jauh. Menjual jasa sebagai freelancer atau menjual produk secara langsung bisa menjadi jalan keluar dari keterbatasan waktu dan tenaga. Produk memiliki keuntungan karena kita bisa menjualnya berulang kali tanpa harus terus bekerja, seperti menjual gadget yang saya review di blog atau memasarkan e-book investasi yang sedang saya garap.
3. Information: Di era digital, menjual informasi menjadi sangat potensial. Saya bisa saja membuat konten YouTube, kelas online, atau webinar yang bisa dijual berkali-kali. Menjual informasi adalah tentang leverage—membuat satu kali tetapi menjual berulang kali. Saya teringat betapa banyak content creator sukses yang bisa meraup pendapatan dari video yang mereka unggah bertahun-tahun lalu. Ada rasa gatal ingin mencoba peruntungan di sini, mungkin dengan mulai berbagi ilmu tentang saham atau digital marketing yang sudah saya pelajari selama ini.
4. Capital and Intellectual Property (IP): Ini adalah puncak hierarki value. Menjual capital seperti investasi saham atau kekayaan intelektual seperti brand pribadi adalah level tertinggi yang bisa dicapai. Saya tersenyum kecil, membayangkan suatu saat nanti brand saya sendiri, mungkin bisa dikenal lebih luas. Saat ini, saya baru berada di tahap awal menjadi seorang stock trader, blogger, dan sedikit-sedikit merambah ke affiliate marketing. Namun, melihat potensi yang ada di capital dan IP, saya merasa semakin termotivasi untuk naik ke level ini.
Langkah Selanjutnya: Meningkatkan Value Diri Sendiri
Setelah menonton channel tersebut, saya mulai merencanakan langkah-langkah yang bisa diambil ke depannya. Pertama, saya harus jujur dengan diri sendiri tentang di level mana saya berada sekarang. Saat ini, saya masih banyak berada di level time and energy, baik sebagai karyawan di perusahaan maupun sebagai trader yang terus memantau pasar saham. Tetapi saya tidak ingin berhenti di situ.
Kedua, saya berencana meningkatkan skill yang bisa membantu saya berpindah ke level service and product. Saya mulai memikirkan untuk lebih serius menggarap blog, tidak hanya sekadar tempat curhat, tetapi juga sebagai platform untuk menjual jasa atau produk yang relevan. Apalagi, dengan perkembangan affiliate marketing yang pesat, blog bisa menjadi aset digital yang menjanjikan.
Ketiga, saya ingin mulai menjajaki penjualan informasi. Mungkin dengan membuat kelas online tentang saham atau strategi investasi untuk pemula. Saya sudah terbiasa memberikan penjelasan kepada teman-teman tentang cara trading yang efektif, mengapa tidak mengemasnya menjadi konten yang bisa dijual? Potensinya besar dan bisa menjadi sumber pendapatan pasif yang berharga.
Terakhir, saya bercita-cita untuk membangun intellectual property yang bisa menjadi nilai jual di masa depan. Saya terinspirasi oleh para influencer yang berhasil membangun brand pribadi yang kuat. Meski perjalanan ke sana mungkin masih panjang, langkah kecil yang konsisten bisa menjadi awal yang baik. Saya ingin mulai dengan membangun personal branding yang lebih profesional, mungkin melalui konten yang lebih terarah di media sosial atau blog saya.
Di tengah malam yang semakin larut, dengan murattal yang terus bergema dari HP istri saya, saya merasa terbangun dari lamunan panjang tentang kehidupan dan penghasilan. Saya sadari bahwa meningkatkan penghasilan bukan hanya soal bekerja lebih keras, tetapi juga lebih cerdas. Saya harus memahami value yang saya tawarkan dan terus mengembangkannya.
Malam ini, saya merasa lebih optimis. Meski mata belum juga mengantuk, ada rasa syukur yang menyelinap dalam hati. Syukur atas pemahaman baru yang saya dapatkan, dan harapan bahwa di masa depan, saya bisa menawarkan value yang lebih besar kepada dunia. Semua dimulai dengan langkah kecil, dengan membuka laptop, menonton video inspiratif, dan merenungi apa yang bisa saya perbaiki. Tidak ada kata terlambat untuk berubah dan terus belajar, apalagi ketika kita tahu bahwa ada value lebih besar yang bisa kita berikan kepada orang lain.
Semoga, di hari-hari mendatang, perjalanan ini terus memberi arah dan makna, bukan hanya bagi saya, tetapi juga bagi mereka yang ikut dalam perjalanan saya. Malam ini mungkin akan menjadi malam yang panjang, tapi saya yakin pagi akan membawa harapan baru dan semangat yang lebih segar untuk terus berusaha dan memberikan yang terbaik.
Posting Komentar
(maaf untuk tidak menyertakan link aktif dan spam)