Perjalanan Pribadi Memulai Monetisasi Facebook

Daftar Isi

Credit to Pexels

Saya duduk di teras rumah, memeriksa baju favorit saya yang sudah siap untuk Jumatan. Hari ini, seperti ritual yang memulai lembaran baru, saya mengenakan baju yang bersih dan rapi, seolah-olah setiap lipatan dan kancingnya siap menyambut berkah hari ini. Sambil melirik jam di dinding, saya merasa waktu Jumatan semakin dekat, dan saya berusaha merangkai kata-kata ini sebelum berangkat ke masjid.

Minggu ini terasa berbeda. Jarang sekali saya posting di blog, bukan karena malas, tetapi karena saya sedang fokus mengejar aktifitas mengoptimalkan akun Facebook agar bisa dimonetisasi. Rasanya seperti menyusun puzzle, setiap potongan harus ditempatkan dengan hati-hati agar gambarnya terlihat jelas. Seperti halnya resep masakan yang harus dipraktekkan agar hasilnya enak, saya pun menerapkan ilmu dari kursus Facebook Pro yang sudah saya ambil. Tak ada artinya kalau hanya teori tanpa praktik, bukan?

Sudah seminggu saya disiplin update konten. Setiap pagi terasa seperti pertarungan dengan diri sendiri. Ada hari di mana ide datang deras seperti hujan lebat, ada juga hari di mana kepala serasa kosong seperti padang pasir. Tapi, bukankah itu bagian dari proses? Seperti pohon yang menunggu hujan di musim kering, saya pun terus menulis dengan penuh harapan.

Hari ini, jalur monetisasi dari gift bintang hampir terbuka. Rasanya seperti melihat sinar matahari pertama setelah berhari-hari hujan. Saya terus berdoa, semoga hari ini atau besok sudah bisa terbuka, dan cuan pertama pun mulai mengalir. Mungkin bagi sebagian orang ini terlihat kecil, tapi bagi saya, ini adalah langkah pertama menuju tangga keberhasilan. Layaknya sungai yang mengalir, rezeki pun butuh aliran untuk sampai ke tujuan.

Nanti, setelah jalur gift bintang terbuka, saya akan terus mengoptimalkan fanspage. Saya ingin mencoba semua cara untuk bisa mendapatkan tambahan income, termasuk jualan affiliate di sana. Tidak ada langkah yang sia-sia selama kita masih berusaha dan berharap. Toh, langkah-langkah kecil ini yang akan membawa saya menuju impian yang lebih besar.

Sebelum saya berangkat ke masjid, ada satu hal yang selalu saya tanamkan: Rezeki itu seperti embun pagi, selalu datang tepat waktu meskipun kadang kita tidak tahu kapan. Yang penting, kita tetap semangat, berusaha, dan berdoa. Biarlah waktu yang membuktikan, biarlah semesta yang merangkai.

Sekarang, saya tutup laptop, semprot parfum, dan menuju pintu keluar rumah untuk melangkah menuju masjid dengan harapan yang baru. Karena di setiap langkah, saya percaya, selalu ada rezeki yang menunggu untuk dijemput. Semangat!

Posting Komentar