Saat Kesempatan Terasa Tertutup, Jangan Khawatir, Pintu Lain Akan Terbuka

Daftar Isi

Credit to Salsa-Pinterest.com

Hari Jumat itu, matahari bersinar dengan gagah dan penuh semangat, seakan ingin memberikan kehangatan dan energi yang melimpah untuk menyambut hari yang penuh peluang. 

Langit biru tanpa awan, seolah-olah Tuhan sedang menggambar kanvas biru polos yang membentang tak berujung. Selepas sholat Jumat, saya duduk di sebuah rumah makan, menunggu makanan dihidangkan. Sambil menunggu, saya membuka galeri di hp saya terlihatlah sebuah file hasil screenshoot beberapa penggalan kata pada ebook The Science of Getting Rich karya Wallace D. Wattle, sebuah ebook yang sudah mulai saya baca sejak pagi ini. Beberapa kutipan penting dari ebook ini saya simpan, seperti harta karun kecil yang bisa saya gali kapan pun saya butuhkan. Kutipan-kutipan itu bukan hanya penyemangat, tetapi juga sebagai pemantik ide liar yang kerap kali melintas di pikiran saya.

Sambil menunggu makanan dihidangkan, saya menyelam ke dalam kata-kata Wattles, mencoba menangkap makna yang bersembunyi di antara kalimatnya. Lalu, kutipan ini tiba-tiba menarik saya, menghentikan segala keraguan yang bergejolak dalam hati, “Tak seorang pun dipaksa miskin karena kesempatannya dirampas orang lain; tak ada orang lain yang memonopoli kekayaan. Anda mungkin tak bisa masuk ke bisnis tertentu, tapi ada saluran lain yang terbuka bagi anda.”

Kata-kata ini berbisik lembut, seperti angin yang merayu daun-daun kering untuk tetap bergoyang. Saya teringat akan banyak momen ketika pintu kesempatan tampak tertutup rapat di depan saya. Seolah-olah seluruh dunia berkonspirasi, mencoba menyudutkan saya dalam kesempitan yang sesak dan tak berpengharapan. Mencoba masuk ke bisnis yang sedang naik daun terasa seperti berusaha menerobos tembok yang enggan bergeser. Saya merasa kecil, seperti kapal yang terombang-ambing tanpa arah di tengah lautan yang tak bertepi.

Namun, kutipan Wattles ini mengingatkan saya bahwa setiap orang memiliki jalurnya sendiri. Hidup ini ibarat sungai yang selalu mencari jalan, meski dihalangi batu besar, ia akan tetap mengalir, membelok ke arah yang tak terduga, tetapi tetap bergerak maju. Kadang, kita mungkin tidak bisa masuk ke bisnis tertentu, seolah-olah kita adalah tamu tak diundang di pesta yang meriah. Ironisnya, kita sering kali terlalu sibuk melihat pintu yang tertutup sehingga lupa bahwa ada banyak pintu lain yang menganga, menanti untuk dijelajahi.

Saya teringat saat pertama kali mencoba masuk ke salah satu bidang bisnis, saya kira itu adalah satu-satunya jalan menuju kesuksesan. Saya mengikuti tren, mencoba masuk ke bisnis yang sedang populer, dan berharap bisa ikut mencicipi manisnya kesuksesan. Tapi kenyataannya, salah satu bidang dunia bisnis itu bukan panggung sandiwara yang siap menerima siapa saja yang ingin tampil. Ada kalanya kita ditolak, dikibuli, diremehkan, dijatuhkan, dan disisihkan. Seperti halnya air, saya belajar untuk tidak memaksa masuk ke celah yang terlalu sempit, tetapi mencari jalur lain yang lebih leluasa.

Saya duduk di rumah makan itu, sambil sesekali melihat ke luar jendela, di mana dedaunan taman diseberang rumah makan melambai pelan seolah-olah sedang menghibur saya. Saya merasa seperti daun kering yang dihempaskan angin, bergerak tanpa arah, tapi tetap memiliki tujuan meski tak terlihat. Kutipan dari Wattles mengingatkan bahwa kekayaan bukanlah monopoli segelintir orang. Bahwa kita tidak dipaksa miskin karena orang lain, dan tidak ada seorang pun yang bisa merampas kesempatan kita sepenuhnya.

Ironisnya, kita sering merasa tertinggal dalam perlombaan menuju sukses, padahal perlombaan itu sebenarnya tidak pernah benar-benar ada. Seperti seorang pelari yang terus berlari tanpa garis finish yang jelas, kita seringkali mengejar sesuatu yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Dunia ini bukan tentang siapa yang tercepat atau siapa yang paling banyak memiliki. Dunia ini adalah tentang bagaimana kita menemukan jalan kita sendiri, bagaimana kita mengubah halangan menjadi peluang, dan bagaimana kita menciptakan kesempatan di tempat yang orang lain abaikan.

Ketika makanan akhirnya tiba, saya tersenyum kecil. Piring di depan saya seperti dunia kecil yang menanti untuk dinikmati, meski tak selalu sesuai harapan. Sama halnya dengan kesempatan, kadang yang datang tidak selalu yang kita inginkan, tapi selalu ada yang bisa kita nikmati. Saya mengambil suapan pertama dan merasakan bagaimana hidup ini terus menawarkan rasa yang berbeda, kadang pedas dari cabe ikan bakarnya, kadang tawar seperti nangka yang masih muda dalam gulai yang saya santap, tapi semuanya memberi kita pelajaran.

Ebook Wattles ini menjadi pengingat bahwa hidup bukan tentang memaksakan diri masuk ke pintu yang sudah tertutup. Kadang kita hanya perlu melihat sekeliling, mencari pintu lain yang terbuka lebar. Hidup bukanlah kompetisi untuk menjadi yang terbaik di atas orang lain, tetapi perjalanan untuk menemukan versi terbaik dari diri kita sendiri. Setiap langkah yang kita ambil, setiap keputusan yang kita buat, adalah bagian dari perjalanan itu.

Jadi, jika Anda merasa terjebak atau merasa pintu kesempatan tertutup, jangan khawatir. Ada begitu banyak pintu lain yang terbuka untuk Anda, meski mungkin Anda belum melihatnya. Seperti kata Wattles, “Anda mungkin tak bisa masuk ke bisnis tertentu, tapi ada saluran lain yang terbuka bagi anda.” Dan tugas kita adalah menemukan saluran itu, merangkul setiap kesempatan yang ada, dan percaya bahwa kita memiliki tempat di dunia ini, meski jalurnya mungkin berbeda dari yang kita bayangkan.

Sambil menyelesaikan makanan saya, saya merasa lebih ringan. Seperti angin yang terus berhembus, hidup ini terus bergerak, membuka pintu-pintu baru di setiap tikungan. Dan saat kita berani melangkah, kita akan menemukan bahwa dunia ini jauh lebih luas dan penuh dengan peluang, lebih dari yang pernah kita bayangkan. Mari terus berjalan, terus mencari, dan terus percaya. Karena dalam setiap langkah, dalam setiap kesempatan yang kita ambil, kita sedang menulis cerita kita sendiri, di bawah langit biru yang selalu terbuka lebar.

Posting Komentar